Saat di akhir tahun 2019, aku lagi ngalamin masa-masa yang super hetic. Rasanya banyak banget yang harus dikejar karena udah semakin dekat dengan deadline, baik itu skripsi, magang, naik sidi, proker acara dan sebagainya. Jadi, harapan pada masa itu adalah, "semoga di tahun 2020 semua bisa beres."
Dan, yah... sampai juga aku di hari terakhir di tahun 2020 ini.
Tahun ini emang seunik itu, karena dari awal tahun aja udah denger banyak berita adanya bencana di berbagai negeri. Hari itu di bulan ketiga tahun 2020, saat itu juga udah tersebar berita kalau di Indonesia udah ada yang positif kena Covid-19, padahal di bulan-bulan sebelumnya masih dijadikan guyonan oleh warga dunia maya, semacam "mana berani virus dateng ke Indonesia".
Semuanya mulai berubah. Nggak boleh berkerumun, harus jaga jarak, harus pakai masker, sering cuci tangan, pakai hand sanitizer, cek suhu, semprot disinkfektan, dan "di rumah aja".
Aku si anak semester akhir, sih, nggak terlalu bermasalah, karena aku udah selesai magang dan nggak akan sering ke kampus juga selain untuk bimbingan. Aku juga berpikir positif, kalau keadaan kayak gitu paling cuma berlangsung 3 bulan, jadi aku udah beli sepatu untuk nanti aku sidang akhir. Padahal mah... HAHAHA.
Keadaan kayak gitu emang nggak pernah kepikiran ya sama siapapun. Puji Tuhan, masih bisa sehat sampai sekarang dan tetap diberi kesempatan untuk belajar dan melakukan banyak hal. Jadi untuk mengenang tahun 2020, di-post ini aku mau ceritain beberapa momen paling berkesan sepanjang tahun ini.
1. Selesai magang!
Sejujurnya dari awal cari tempat magang itu nggak mudah, sampai dibantuin sama teman baikku, Grace. Akhirnya aku bisa magang di suatu perusahaan di bagian Store & Logistic. Emang agak menyimpang dari program studiku, tapi aku belajar banyak hal dan ketemu sama teman baik lainnya. Lokasi tempat magangnya itu agak jauh dari rumahku, dan setiap hari aku berangkat sama temanku, Shinta, yang mandinya lama, HAHAHA, jadi aku cukup sering telat ke kantor, dan berakhir kena evaluasi sama HRD (ini bener-bener pelajaran berharga, dimana kerja itu harus disiplin). Kerjaan di kantor tersebut cukup banyak, jadi ada suatu hal yang sangat aku syukuri sepanjang 8 bulan magang, yaitu: aku nggak pernah datang bulan hari pertama di hari kerja. Datang bulan hari pertama itu kan menyakitkan banget, nggak kebanyang kalau di saat itu aku harus magang.
Selama magang, sebenernya aku sambil ngerjain skripsi dan dituntut untuk lulus skripsi juga pada masa itu (semester 7) kalau mau punya kesempatan dapat nilai A. Tapi, aku nggak bisa. Aku nggak kuat. Beneran secapek itu (bagi aku). Makanya, aku sangat nunggu masa magangku habis biar aku bisa fokus ngerjain skripsi. Puji Tuhan, akhirnya selesai magang di bulan kedua, kemudian ngeberesin beberapa hal yang masih harus diurus sampai di bulan tiga.
2. Ikut kamp online dan belajar bahasa Inggris!
Selama masa-masa skripsian yang mencekam, diselingi juga dengan kegiatan-kegiatan yang sangat membangun! Aku punya kesempatan untuk ikut sejenis kamp online, nama kegiatannya yaitu "Global Project". Jadi, semua mahasiswa di seluruh dunia dikumpulin untuk ikut acara tersebut. Acara utama setiap hari Rabu pakai zoom meeting dan pakai bahasa Inggris maka dari itu setiap hari Sabtu-nya akan ada review ulang bareng teman-teman yang orang Indonesia. Di acara tersebut semakin diperjelas tentang uniknya pelayanan mahasiswa, kenapa harus punya pondasi dengan Tuhan yang kokoh, dan ada tantangannya juga, yaitu menghafal ayat. Acara ini bener-bener membukakan aku banget banget kalau yang memperjuangan pelayanan mahasiswa bukan cuma yang ada di Indonesia, tapi di seluruh dunia.
Gambar ini merupakan ringkasan dari tugas-tugas yang diberikan untuk peserta. |
Selain itu aku juga belajar bahasa Inggris secara gratis, dengan mentor orang Filipina. Diajarin juga kisah-kisah dari Alkitab secara garis besar. Aku ngerasa banget skill bahasa Inggris-ku improve karena kelas ini serta pastinya pemahaman akan kisah-kisah Alkitab.
Aku ikutin semua itu gratis, bener-bener berkat banget. Keren banget untuk orang-orang tersebut yang nggak mati gaya untuk jangkau jiwa bahkan di keadaan yang kayak gini.
3. Semakin aktif menggambar dan punya temen sesama artist!
Aku punya akun khusus untuk upload gambar digitalku, yaitu @digissi. Awalnya aku buat ini cuma buat upload aja, udah. Tapi seiring berjalannya tahun ini, aku mulai cari mutual sesama artist dan bersyukur karena ternyata ada juga yang mau temenan sama akunku sampai pernah diajak collab untuk buat suatu project. Sekarang udah punya lebih dari 100 followers, huhu.
Ada beberapa temen yang menganjurkan aku untuk seriusin bisnis ngegambar digital, tapi aku belum percaya diri. Ini semua kan cuma hobi... Tapi, aku penasaran juga, kalau aku jadiin bisnis gimana, ya? Jadi aku mulai berani terima beberapa orderan dari teman dekat, untuk nyari pengalaman. Semoga aja aku makin improve, ya. Doain.
4. Udah suka lagu Day6 dari lama, tapi kenapa baru tahun ini sih ngestan-nya?!
Itu pertanyaanku sama diriku sendiri. Rasanya nyesel banget kenapa baru bener-bener suka sekarang? Padahal dulu, mereka sering banget konser di Indonesia, huhu. Sebelum aku ngestan Day6, emang aku udah ada rencana untuk nonton konser mereka, karena ada pepatah mengatakan "hidupmu belum komplit kalau belum nonton konser Day6". Tapi, karena aku saat itu cuma suka sekedar-sekedar aja, jadi aku nggak terlalu perjuangin, sekarang: nyesel. banget.
Day6 ini bener-bener cukup mewarnai tahun 2020-ku, apalagi mereka rilis lagu Zombie di hari ulang tahunku (walau pada akhirnya nggak dipromosiin, karena Sungjin dan Jae hiatus). Sedikit funfact, awalnya aku suka karena Wonpil ganteng (mirip Song Weilong), kemudian karena sering nontonin live-nya Jae di Instagram dan Twitch malah jadi suka Jae, nggak lama aku nontonin wawancara Day6 malah kecantol sama Young K karena dia berkarisma banget. Tinggal tunggu kapan giliran Sungjin dan Dowoon, HAHAHA.
Aku jadi makin produktif ngegambar salah satunya adalah karena Day6. Bisa dilihat di Instagram-ku, kebanyakan isinya adalah fanart Day6.
5. Naik Sidi!
Selama aku magang 8 bulan itu, selama itu juga aku belajar untuk bisa naik sidi di Gereja. Perjalanan yang cukup panjang, kan. Sebenernya usiaku emang cukup "tua", karena baru belajar di usia 20an, tapi aku bersyukur banget karena aku ngerasa dapet mengerti lebih banyak! Ngebayangin kalau aku belajar sidi di usia belasan, kayaknya aku nggak akan dapet mengerti sebanyak jika aku belajar di usia 20an.
6. Ikut kegiatan volunteer bareng tim yang luar biasa!
Kalau di tahun 2019 kemarin punya kesempatan untuk volunteer jadi pengajar di Rumah Baca Kampung Nanas, tahun 2020 ini sayangnya belum bisa dilakukan kembali. Tapi kemudian di bulan April aku diajakin bareng tim Rumah Baca yang lain untuk ngumpulin donasi. Donasi disalurkan dalam bentuk sembako untuk mahasiswa rantau atau masyarakat yang terdampak Covid-19. Beryukur banget, kegiatan ini didukung sama kampusku jadi tim Rumah Baca dikasih masker dan hand sanitizer untuk disumbangin juga.
Nah, karena dibantu kampus, jadi harus buat semacam proposal gitu, kan. Ini agak kocak sih, jadi aku dadakan "dipinjem namanya" untuk dijadikan ketua pelaksana kegiatan ini. Padahal aslinya mah aku diajakin. Karena hal itu, aku jadi diwawancarai sama wartawan lokal gitu, sebagai narasumber dari artikel mereka. Bisa-bisanya kami sampe masuk ke portal berita online lokal, dong. 2020 aneh banget...
Lalu, di akhir tahun ini, aku diajakin lagi (oleh orang yang sama) untuk kegiatan volunteer lagi. Bedanya, kalau yang sebelumnya itu murni donasi, kali ini dengan jualan hampers natal. Keuntungan dari penjualan itu nantinya akan disalurkan jadi nasi kotak untuk pekerja jalanan dan anak-anak di panti asuhan. Si yang-ngajakin-aku-ini emang mulia banget hatinya, aku nggak akan sebut namanya karena dia kurang suka diketahui identitasnya. Aku sampe kepikiran, kenapa ya bisa ada orang yang udah berkecukupan tega-teganya korupsi dana bantuan untuk masyarakat terdampak Covid, padahal si yang-ngajakin-aku-ini malah mau repot-repot ngumpulin donasi buat bantuin orang lain. Ini jadi refeleksi pribadi untuk aku.
7. Wi. Su. Da.
Iya, ternyata bisa wisuda tahun 2020. Setelah pergumulan skripsi yang maha dahsyat akhirnya di bulan Agustus aku bisa sidang akhir secara online. Jalan menuju situ beneran nggak mudah, entah berapa air mata, kalimat motivasi dan doa yang mengiri perjalanan menuju ke situ.
Kalau inget masa-masa nge-stuck ngerjain bab 4, rasanya otakku langsung menjerit-jerit kesakitan. Puji Tuhan, bisa selesai. Nggak apa hilang kesempatan dapat nilai A, karena aku selesainya di semester 8 (kalau mau dapet kesempatan dapet nilai A harus selesai di semester 7), yang penting bisa lulus. Terima kasih Akuntansi atas pengalaman hidup 4 tahun belakangan ini, walau hubungan kita nggak terlalu baik, sih.
Di akhir bulan November aku pun ikut wisuda gelombang terakhir di tahun 2020 secara online, dan di awal bulan Desember secara drive-tru. Beneran nggak nyangka bisa lewatin ini semua. Semua karena kebaikan Tuhan, emang. No debat.
Sebenernya masih banyak momen-mone yang berkesan, tapi aku buat tujuh poin aja udah sepanjang ini, biarlah itu tinggal di otak dan hatiku saja. Pada tahun 2020 ini masih banyak juga yang harus diselesaikan dan dikerjakan di tahun depan. Bersyukur banget tahun ini punya banyak waktu untuk "healing", harapannya bisa punya banyak tenaga untuk menjalani tahun depan. Aku nggak pernah tau kapan aku akan meninggalkan dunia ini, tapi semoga aku bisa finishing well.
2020, it's a wrap!
Welcome, 2021.
Komentar
Posting Komentar