Dua Garis Biru

Waktu itu aku lagi asik main twitter, lalu muncul di timelineku sebuah trailer film yang cukup menarik perhatian. Setelah aku nonton trailer tersebut sampai habis, film dengan judul Dua Garis Biru itupun masuk ke dalam daftar film wajib nonton!


Kalau kalian udah nonton trailernya pasti tau film ini nyeritain tentang apa. Intinya tentang anak remaja yang hamil diwaktu yang belum tepat. Terakhir kali aku nonton film dengan tema ini tuh Jeni Juno (film Korea), itupun aku kurang puas sama konfliknya :( Nah, kalau di novel lumayan banyak yang angkat tema ini, misalnya di novel Dark Love (Ken Terate), One Little ThingCalled Hope (Winna Efendi), dll (LUPA APALAGI YA WKWKWK).

Tokoh utama di film ini yaitu Dara (diperankan oleh Zara JKT48), remaja cewek usia 17 tahun yang punya banyak mimpi. Di sini karakter Dara se-relatable itu loh karna dia dibuat jadi fangirl artis Korea HAHAHAHA (please y remaja sekarang tuh hampir semua demen korea deh). Dekorasi kamarnya sederhana dan manis (KOK AKU JADI SALAH FOKUS SIH), banyak poster oppa namun banyak juga piagam penghargaan. Cita-cita dia kuliah di Korea, didukung dengan kemampuan finansial keluarganya dan dia bener-bener serajin itu belajar bahasa Korea. Pokoknya 1 kata buat gambarin karakter Dara: PASSIONATE.


Selanjutnya, ada Bima. Karakter ini yang membuat aku berpikir kalau film ini akan "beda". Kalau kalian perhatikan di film ini Bima yang diperankan oleh Angga Yunanda ini tuh dekil banget, kan? Padahal aslinya dia seperti artis-artis pada umumnya kok (berkulit halus, wajah tampan, berkarisma). Menurutku doi didandani seperti itu supaya karakter dia juga nggak kalah relatable sama si tokoh cewek. Di film ini, kalau Dara ini anak orang berada, Bima sebaliknya. Makanya dia tuh ya kayak cowok-cowok SMA Ibu Kota pada umumnya sih, kulit gelap hasil paparan sinar matahari, air mandinya yang keruh (percayalah di filmya nggak ditunjukin air PAM rumahnya keruh atau enggak, aku sok tau aja) membuat kulitnya jadi gelap. Kalau Dara tuh passionate banget sama masa depannya, nah kalau Bima tuh "LET IT FLOW" aja.


Dua karakter yang bisa dibilang sangat berbeda ini punya kesamaan, yaitu: sama-sama suka. Hehehehehe, nggak salah kan aku? Karena kesamaan tersebut mereka tuh jadi pasangan yang cukup gemes di sekolahnya. Tapi karna satu momen "nggak sengaja" yang mereka lakuin, kisah kasih di sekolah yang tadinya menggemaskan jadi rumit.


Momen "nggak sengaja" di film ini durasinya pendek dan to the point, jadi kalau ada yang mikir ini film ngajarin pacaran yang nggak bener kayaknya kurang tepat deh. Soalnya durasi film ini nggak fokus sama "sebelum" tapi "sesudah" terjadinya perkara tersebut.

Dara tuh anaknya pinter, di sekolah nilainya bagus-bagus, keluarganya pun nggak berantakan, tapi tetep aja masih bisa lakuin salah. Orang tua Zara dan Bima sama seperti kita kebanyakan, tabu rasanya ngomongin seks education, khusunya ke anak. Kita lebih sering bilang "jangan" secara mutlak daripada jelasin secara masuk akal atau beri pengertian, karena ngerasa belom waktunya anak-anak tau.

Di sisi lain, kebanyakan anak remaja itu selalu mengampangkan posisi orang lain (terkhusunya yang lebih tua dari mereka). Mengira jadi guru, orang tua, atau siapapun itu mudah. Lebih sering protes ketika orang-orang tersebut melakukan sesuatu yang nggak sesuai maunya atau standar mereka, padahal kalau toh ada di posisi orang-orang tersebut bisa aja jadi lebih buruk. Hal ini juga yang aku rasa dan alami seiring bertambahnya usiaku :(

Oke, kenapa jadi curhat. Balik ke film Dua Garis Biru.

Banyak adegan di film ini yang menurutku sarat makna, hanya dengan pengambilan gambar (tanpa dialog) penonton nangkep apa yang mau disampaikan.



Aku baca dibeberapa review orang, kalau adegan long-shoot-sceen di UKS adalah favorite mereka (AKU JUGA SIH). Di adegan ini, Dara ketahuan hamil kan, emosi kekecewaan orang tua mereka berhasil banget disampaikan, kita seolah ada di dalam ruangan yang sama dengan sambil liat mereka ribut-ribut wkwkwk.
Kalau dilihat dari trailer-nya kayaknya film bakal sedih banget kan? Tapi ternyata (bisa dibilang) engga juga loh, masih ada lawak-lawaknya. Namanya juga hidup kan walau punya masalah berat tapi kadang ada lucunya juga hehe.

Pemilihan adegan di film ini menurutku nggak mainstream sih, pokoknya semaksimal mungkin mereka pilih yang relatable tapi jarang orang tau. Misalnya nih pas Zara hamil, mereka nggak pake adegan mual-mual tuh (karna semua orang kayaknya udah tau kalau hamil itu pasti mual kan), tapi mereka pilih adegan yang lebih unik untuk ngegambarin hal tersebut (ADEGANNYA GAK MAU AKU SEBUT AH NTAR AKU SOPILER).

Pokoknya aku merekomendasikan untuk menonton film ini bagi yang suka genre parenting, keluarga, isu sosial, dan sejenisnya. Kalau ini bukan seleramu ya udah hehe, tapi nggak ada salahnya nonton juga karena ini film mengangkat isu yang dekat dengan kehidupan kita.

Btw, soundtrack film ini enak juga loh!


*PS. aku nonton di hari pertama tayang kan (sumpah niat amat) trus aku dapat lanyard..


Komentar